Rabu, 06 Februari 2013

Sindrom anak tengah dan pelajaran berharga


Sebelumnya saya sudah menjelaskan apa itu yang dimaksud dengan sindrom anak tengah.Sekarang saya mau share kisah yang saya alami selama menjadi anak tengah.

Saya adalah salah satunya yang merasakan apa dan bagaiman middle child syndrome sedari kecil. Saya memiliki kakak perempuan yang lebih tua 4 tahun dari saya dan adik perempuan yang lebih muda 7 tahun dari saya. Kami terbilang akrab satu sama lain. Walau terkadang kami bertengkar, tetapi itupun tak akan lama dan setelah itu kami baikan. 

Lantas apa yang menjadi masalah disini?

Ya saya merasakan perasaan tidak adil dan terkucilkan dari keluarga. Mulai dari saya masih SD, saya sudah tau bahwa saya adalah pribadi yang berbeda. Tak jarang saya suka menyendiri di kamar dan bermain dengan imajinasi saya. Entah itu menulis atau menggambar. 

Apa yang menurut saya tidak adil adalah ketika orang tua saya begitu membanggakan kakak perempuan saya dan sangat memanjakan adik kecil saya. 

Saya masih ingat ketika dulu pembagian raport SD, saya hanya menduduki peringkat 12 sementara kakak saya menduduki ranking 5 besar. Perasaan sedih dan kesal sangat menghantui saya. Orang tua saya tidak habis mengucapkan pujian kepada kakak saya sementara saya hanya bisa meringkuk terdiam di kamar dan menangis. Kakak saya dengan mudah mendapatkan apa yang ia mau. cukup dengan meminta dan voila! sudah ada di depan matanya. 

Lain halnya dengan si adik kecil, orang tua saya begitu memanjakannya sampai marah pada orang tua itu tidak mengapa tetapi kalau saya yang memperlihatkan ekspresi tersebut akan dimarahi habis-habisan.  Apapun yang adik kecil lakukan akan dianggap maklum dan lumrah karena masih kecil. Bahkan ketika si adik telah menginjak usia 14 tahun. 

Kesepian saya bertambah parah......

Saya menjadi sangat tergantung kepada teman dan pacar. Bagi saya mereka adalah orang-orang yang paling tepat dijadikan tempat saya untuk mengadu atau sekedar berbagi cerita.

Sampai pada tahap dimana saya menyalahkan dan mengasihani diri saya sendiri. Apa yang saya lakukan dulunya begitu saya sesali. Saya terjerumus ke dalam lembah kegelapan karena tidak tau harus berbuat apa ketika saya ditinggal pergi oleh orang yang saya sayangi. Entah itu pacar atau teman.

Tapi kini saya mengerti bahwa jika saja saya tidak terlahir sebagai anak kedua, saya tidak akan mungkin menjadi pribadi seperti sekarang. Apa yang terjadi di dalam hidup saya telah mengubah saya secara perlahan dan saya sangat mensyukurinya. Saya tahu perubahan-perubahan itu adalah perubahan yang baik. Saya senang saya adalah salah satu anak tengah yang orang-orang sering bilang unik dan misterius. Saya menikmatinya dan jika saya dibolehkan untuk terlahir kembali saya akan tetap memilih untuk menjadi saya sendiri.

Percayalah, apa yang anda alami saat ini akan menjadi suatu pelajaran berharga di kemudian harinya. Tetaplah bersyukur dan nikmati semua proses yang sedang anda jalani.

Kata orang YOLO atau you live only once maka dari itu buatlah hidup anda yang hanya sekali ini menjadi hidup yang tidak terlupakan dan berkesan sampai ajal menjemput.

1 komentar:

  1. saya anak kedua dari tiga bersaudara.. jarak saya dengan kakak saya delapan tahun. hubungan kami kyak temen biasa. ortu saya, terutama ibu, kelihatan lebih sayang sama kakak saya. terkadang saya merasa bahwa saya hanya menjadi sampah dlm keluarga, cuma sampah yang nggak berguna.... *maaf curhat hehehe

    BalasHapus